Kesukesan suatu film tidak lepas dari tangan dingin seorang sutradara di belakangnya yang berhasil meracik film tersebut menjadi berkualitas dan layak dinikmati oleh penonton. Dulu, sutradara film yang terkenal berasal didominasi dari kalangan pria, namun kini sutradara perempuan pun sudah banyak yang menghasilkan film box office Indonesia yang berkualitas. Tidak sedikit juga bahkan sutradara perempuan Indonesia yang mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari dunia Internasional.
Satu hal lagi, ternyata perkembangan sutradara perempuan di Indonesia lebih pesat dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Hal ini terlihat dari penghargaan Piala Citra yang diterima oleh Nia Dinata lewat filmnya, Arisan 2, pada tahun 2004. Sementara di Hollywood, penghargaan untuk sutradara wanita baru diberikan pada tahun 2010 kepada Kathryn Bigellow lewat filmnya The Hurt Locker. Ia dianugrahi sebagai sutradara terbaik pada ajang penghargaan Academy Award.
Sutradara Perempuan Berprestasi di Indonesia
Pada masa Orde Baru, sebelum tahun 1998, sudah ada enam orang perempuan Indonesia yang merambah dunia yang didominasi oleh pria ini. Sebut saja Ratna Asmara, Roostijati,Chitra Dewi, Ida Farida dan Rima Melati yang sukses dan dikenal sebagai sutradara perempuan Indonesia. Setelah orde baru berakhir, sutradara perempuan di Indonesia pun semakin bertambah jumlahnya dan bahkan dianggap sebagai penggerak perfilman Indonesia dengan film-film berkualitas yang hasilkan oleh mereka. Beberapa sutradara berbakat ini di antaranya adalah:
Kamila Andini
Putri dari Garin Nugroho ini menorehkan debut gemilang sebagai sutradara lewat film perdananya, Mirror Never Lies. Film ini menuai pujian dan penghargaan baik dari dalam negeri hingga internsional. Mulai dari dua penghargaan Piala Citra FFI 2011, Gelar Film Terpuji dari Festival Film Bandung 2011, serta beberapa penghargaan internsional seperti , Asia Pacific Screen Awards 2012 di Brisbane, Australia, Mumbai International Film Festival 2011, dan dua nominasi Asian Film Awards 2012 di Hong Kong. Tidak mengherankan bila banyak penonton Indonesia yang menantikan karya berkualitas dari Kamila selanjutnya.
Mouly Surya
Film debutnya, Fiksi, berhasil meraih penghargaan Piala Citra 2008 untuk tiga kategori, yakni film terbaik, sutradara terbaik, serta penulis scenario terbaik. Sementara film keduanya, What They Don’t Talk About When They Talk About Love (Yang Tidak Dibicarakan saat Membicarakan Cinta), pada tahun 2013 lalu berhasil mengikuti kompetisi film internasional terbesar, yakni Sundance Festival.
Lola Amaria
Film pertamanya, Betina, sukses dipertunjukkan dengan cara “tour” dari satu kampus ke kampus lainnya. Beragam respon pun datang, baik yang menyukai maupun menganggap bahwa film ini termasuk film yang anek. Meski begitu, kebanyakan penonton setuju film tersebut memiliki kualitas yang baik. Maka, tidak mengherankan ketika film keduanya, Minggu Pagi di Victoria Park, berhasil membawanya meraih penghargaan sebagai Sutradara Terbaik di JIFFest 2010, serta Silver Hanoman di Jogja NETPAC Asian Film Festival.
Selain ketiga sutradara tadi masih ada sutradara perempuan Indonesia lainnya yang turut meramaikan dan menjadi pendorong industri perfilman Indonesia, sebut saja Upi, Sammaria Simanjuntak, Sally Anom Sari, dan banyak lagi. (raw)